![]() |
Al Mukarrom KH. Khozin Mansur Putat |
Muhammad Khozin Manshur adalah putera kesepuluh dari pasangan KH.
Muhammad Manshur – Hj. Maimunah binti Nur Syam bin Abdul Hafidz (Mbah
Kampil). Lahir di Desa Mayangang kecamatan Peterongan (Jogoroto)
kabupaten Jombang pada tahun 1912 M atau 1331 H. Dilihat dari segi nasab
(asal-usul keturunan), KH M Mansur bukanlah nasab orang biasa. KH M
Mansur biasa disebut dengan Abdul Bakir bin Arya Reja bin Arya Kromo bin
Arya Penangsang bin Pangeran Sekar Seda Lepen.
Dalam Babat Tanah Jawi, Pangeran Sekar adalah adik Pangeran Sabrang Lor,
Adipati (Y) Unus, raja Demak ke-2 sesudah Raden Patah. Setelah wafatnya
Adipati Unus, Pangeran Sekar meninggal dunia dalam usia muda karena
dibunuh oleh sekelompok ‘orang misterius’ suruhan Sunan Prawata (anak
Raden Trenggono), saat Pangeran Sekar dalam perjalanan pulang dari
masjid menuju rumahnya. Kematiannya ditafsirkan oleh para sejarahwan
bermuatan politis yaitu terkait dengan suksesi kepemimpinan kesultanan
Demak. Jika Pangeran Sekar dibiarkan hidup dikhawatirkan tahta Demak
akan pindah ke tangannya. Jasad beliau lalu dilemparkan ke sungai. Oleh
karena itu, ia dikenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda Lepen
(Pangeran Sekar yang wafat di sungai). Pasca kematian Pati Unus dan
Pangeran Sekar, kerajaan Demak diperintah oleh Sultan Trenggono,
pamannya Pangeran Sekar. Sultan Trenggono adalah ayah dari Sunan
Prawata.
Saat tragedi berdarah itu terjadi, Pangeran Sekar telah mempunyai anak
laki-laki yang bernama Arya Penangsang. Pasca kematian ayahnya, Arya
Penangsang diasuh dan dididik oleh Sunan Kudus sebab Sunan Kudus adalah
disamping sebagai wali (tokoh agama) juga menjadi penasehat raja dalam
urusan kemiliteran. Oleh karena itu, Arya penangsang terkenal sangat
sakti dan emosional.
Sepeninggal Sultan Trenggono, Arya Penangsang berniat merebut tahta
kerajaan sebab saat di usia dewasa Arya Penangsang hanya menjadi adipati
di wilayah Jipang. Untuk itu, ia harus menghabisi Prawata serta
Pangeran Hadiri atau Adipati Kalinyamat, yang melindungi Arya Penggiri,
anak Prawata. Untuk merealisasi tujuan-tujuan di atas, Arya Penangsang
harus berhadapan, berkonflik politis dan militer dengan Jaka Tingkir
(Sultan Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggana). Dalam menghadapi
tantangan dari Arya Penangsang, Jaka Tingkir harus mengerahkan banyak
tenaga, pikiran dan taktik-taktik yang akan dipergunakan sehingga Jaka Tingkir harus
memanggil Ki Gede Pemanahan, Ki Juru Mertani dan Sutawijaya.
Dalam konflik politis dan militer itu, akhirnya Arya Penangsang dapat
dikalahkan dan dibunuh oleh Sutawijaya, prajurit andalan dan anak angkat
Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Dalam pertempuran itu, Arya
Penangsang tertombak lambungnya oleh tombak pusaka Kyai Plered. Konon,
dalam kondisi kritis seperti itu, Arya Penangsang masih mampu
“menyangsangkan” (menyampirkan) uraian-uraian ususnya pada hulu
kerisnya.
Menikah dengan Hj. Maimunah, KH M Manshur meempunyai 14 anak dan anak
yang ke-10 bernama Muhammad Khozin Manshur. Adapun nama-nama saudara
Muhammad Khozin Mansur yang dapat diidentifikasi adalah Khudhori, Ahmad,
Shiratun, Ma’sum, Mas’amah, Minhaj, Nur Salim, Mu’minah.
Selain menikah dengan Hj. Maimunah, KH M Mansur menikah juga dengan
Shofiyah. Pernikahan dengan isteri kedua ini melahirkan anak antara lain
Ruqoyyah, Yasin, Abdul Hadi.
Posting Komentar